Hai tulisan ini aku ambil dari kisah nyata yang ditulis oleh akun facebok Ryan Asnan S yang dikirim langsung oleh atasanku di kantor melalui pesan pribadi. Menurutku cerita ini menarik makanya aku mau tulis kembali di blog ku. Semua aku tulis apa adanya tanpa ada penambahan kata atau rekayasa. 100% dari sumbernya.
Oke kita mulai ya.
diary senin 15 maret 2021, 11:22
pagi ini aku cukup terlambat untuk sarapan, padahal sudah bangun sejak jam 7 tadi
setelah lama berpikir akan makan apa, akhirnya aku memutuskan untuk sarapan soto di pasar colombo (jalan kaliurang) yang cukup dekat dengan kosku
sesampainya disana, ada menu yang menarik untuk aku coba, yaitu soto iso,
kupikir itu adalah soto dengan mi putih (di jawa kami biasa menyebutnya sohun), namun ternyata itu adalah soto dengan usus
dan sempat terjadi kebingungan karena si penjual menanyakan apakah perlu ditambah daging (sapi) atau tidak
sedangkan aku sendiri hanya untuk mau mencoba menu baru saja, jadi ya aku nurut saja sama penjual
di sebelahku ada seorang ibu ibu separuh baya yang menanyaiku atau lebih tepatnya mengajak untuk berbicara
awalnya dia bertanya diriku asalnya darimana, aku jawab saja dari solo namun saat ini di yogya cuma nge-kos saja
aku bercerita awalnya kerja di jakarta, namun karena pandemi akhirnya aku pulang ke yogya
ibu itu mengatakan untuk tenang saja karena mungkin setelah pandemi nantinya lapangan kerja akan melimpah kembali
ya mungkin saja ibu itu mengira aku dipecat karena pandemi corona
ibu itu mengatakan bahwa dia tinggal di perumahan banteng (dekat dengan pasar colombo)
lalu kami mulai saling bercerita panjang lebar
sampai ibu itu mengatakan bahwa suaminya baru saja meninggal 2 bulan yang lalu karena covid19
sontak aku pun cukup kaget mendengarnya
dia bercerita suaminya adalah seorang dosen UGM dan arsitek,
kala itu suaminya mengambil adanya proyek luar di daerah karanganyar
namun sayang dia terpapar virus covid19 dari rekan kerjanya
setelah bertemu dengan rekan kerjanya, beliau mengalami sakit panas selama 3 hari,
Kemudian beliau dilarikan ke rumah sakit RSUP dr sarjito dan langsung divonis terkena virus covid19
dokter menyarankan agar suaminya dipasang ventilator dengan biaya yang cukup besar yaitu sekitar 160jt
ibu itu tidak mempermasalahkan berapa besar biayanya, karena yang terpenting adalah semuanya bisa berjalan lancar
setelah dipasangi ventilator dan berjalannya perawatan, pada akhirnya virus covid19 itu hilang.
namun sayang seribu sayang, karena tiga hari setelah virus itu hilang organ paru paru suaminya membusuk dan pada akhirnya beliau meninggal
cukup menyedihkan ketika mendengar bahwa dari masuk rumah sakit hingga suaminya meninggal, ibu itu bahkan tidak bisa secara langsung menjenguk suaminya
saat itu total biaya perawatan mencapai 210 juta, namun karena dianggap sebagai KLB maka seluruh biayanya ditanggung oleh pemerintah alias ibu itu tidak membayar biaya sepersenpun (gratis)
saat ini ibu tersebut tinggal sendirian dirumahny
dia menceritakan bahwa betapa sulitnya hidup dalam kesendirian
bahkan sewaktu dia mengalami kecelakaan dia harus berangkat sendiri ke rumah sakit dengan naik grab (ojek online)
dia menunjukkan luka sobek di bagian pergelangan tangannya karena dia terjatuh saat mengepel lantai
si penjual pun mencoba bergabung dalam pembicaraan dengan menanyakan dimanakah anak anaknya sekarang
ibu itu bercerita bahwa dia hanya memiliki 1 anak dan sedang mengenyam pendidikan S3 di london
anaknya berkata tidak dapat pulang karena aturan di inggris yang cukup ketat
kami mengobrol cukup lama, sampai sampai kami pun berdebat soal pandangan kehidupan
awalnya ibu tersebut mengatakan anaknya itu susah sekali diatur
dengan kecerdasan yang ia miliki malah tidak dimanfaatkan dengan sebaik baiknya
ibu itu tidak habis pikir karena pemikirannya selalu bertolak belakang dengan pemikiran anaknya
namun aku mengira sepertinya ibu itu mencoba mengatakan bahwa yang dimaksud adalah karena si anak lebih suka dalam belajar hal baru utamanya teknologi
sedang ibunya hanya ingin mengejar kesuksesan dalam hal materi
jadi si anak ini adalah orang yang cukup cerdas, mungkin sudah turunan dari ayahnya yang seorang dosen
si anak ini lulus SMA dengan nilai yang mengagumkan, dia juga banyak diterima di universitas ternama di indonesia
hanya saja si anak ini lebih memilih UGM karena dinilai jauh lebih dekat dengan kediamannya
sewaktu memilih jurusan, ibunya ngebet bahwa anaknya harus kuliah di kedokteran
alasannya karena dokter memiliki gaji yang cukup tinggi
namun si anak lebih memilih jurusan teknik elektronika karena dia cukup tertarik dengan IT (di UGM belum ada teknik informatika S1, jadi yang mendekati hanyalah teknik elektronika)
dia pun lulus dengan nilai yang memuaskan dan mendapatkan predikat lulusan terbaik UGM
setelah lulus sebenarnya dia ditawari oleh banyak perusahaan besar dan bahkan universitasnya sendiri juga menawarkan dia untuk menjadi dosen bersama dengan ayahnya
namun dia malah memilih untuk magang di salah satu toko computer di yogya (namanya chika komputer kalau gak salah) sebagai teknisi
ibunya bener2 marah bukan kepalang, karena bukannya kerja di perusahaan gede atau jadi dosen malah pilih magang dengan gaji hanya 600rb (kalau tidak salah)
dia mengatakan “masak anakku yang lulusan terbaik UGM disuruh bawa ini bawa itu, ngerjain ini itu dan dibayar 600rb doang”
ibu itu seakan tidak bisa menerima semua keputusan tersebut
kemudian si anak ingin melanjutkan kuliah S2 teknik informatika di inggris,
lagi2 si ibu kurang setuju dengan keputusan tersebut meski mendapatkan adanya beasiswa, namun apa daya si anak jauh lebih tertarik dan ngebet untuk mengikuti passion nya
selain itu juga kelakuan anaknya ini terkadang membuat ibu ini bener2 gak habis pikir,
anak satu satunya kok ya bisa hidup dengan cara yang sederhana
dia malah nyaman nyaman saja ketika mengenakan pakaian seadanya,
bahkan motor nya pun sangat biasa biasa saja (kata si ibu sih jelek banget motornya)
dia juga sempat kecewa karena murid muridnya bawa mobil mobil bagus, eh dosennya malah kemana mana bawa motor butut
si anak tersebut sekarang sudah memiliki istri dan 2 orang anak
istrinya sendiri juga satu sepemikiran dengannya
kedua anaknya juga diajarkan dan dibesarkan untuk memiliki kepribadian yang kurang lebih sama (cukup sederhana)
istrinya adalah seorang dokter dan dia bekerja di salah satu puskesmas
istrinya ini enggan membuka klinik dan lebih memilih momong 2 anak setelah selesai bekerja di puskesmas
tentu saja si ibu itu cukup geram juga dengan keputusan menantunya tersebut (sebelas dua belas dengan suaminya)
sewaktu sebelum pandemi, si istri ini sebenarnya memulai usaha franchise martabak
dan dikatakan pula bahwa modal awal adalah sekitar 45 jt,
istrinya ini bahkan yang langsung membuat martabak tersebut,
jadi setelah si istri pulang bekerja dari puskesmas dia akan langsung membuat martabak
hanya sayangnya selama pandemi ini usaha franchisenya tidak beroperasi (kurang profit) yang diakibatkan oleh daya beli masyarakat yang rendah
sehingga sekarang kegiatan si istri sehabis dari puskesmas hanya momong anak saja
dan setelah menikah dengan istrinya, si anak itu bekerja sebagai dosen di UGM
itupun juga sebenarnya masih 3b (atau 3a gitu)
yang jelas gajinya gak gede gede banget, katanya cuma antara 1,5 jt sampai 2,1 jt
itu pun masih mending karena di awal mengajar, dia hanya mendapatkan 800rb,
sampai sekarang pun tingkah polah si anak masih tidak berubah
dia memiliki aktivitas segudang namun tidak pernah direstui oleh ibunya
seperti belajar S3 di inggris sembari mengajar sebagai dosen UGM (online) dan terkadang bekerja serabutan (tukang cuci piring, magang di tempat, dll)
yang pasti tidak money oriented namun self development oriented
karena jalan pemikiran tersebut sampai sampai si ibu itu mengatai bahwa anaknya itu ‘gila’
untungnya meski sering berkonflik dengan ibunya terkait pemikiran dan keputusannya, si anak ini masih menghormati orang tua
dia masih pulang dan masih saling berkomunikasi
menariknya ternyata ibu itu punya keponakan bernama todi adiyatmo yang mana dia adalah mantan bosku dulu di perusahaan tonjoo
dia menyesalkan, karena kalau memang sama sama suka dengan IT kenapa gak seperti sepupunya aja yang buka usaha IT,
kan enak ada keuntungan disitu
dia bercerita keponakannya yang bernama todi ini memulai usaha IT (startup) dan cukup sukses
BTW, aku baru tahu kalau ternyata mas todi ini anak tunggal dan istrinya adalah dokter gigi
sebenarnya aku sendiri hanya ingin menjelaskan ke ibu itu
memberikan pengarahan perihal pandangan ideologi yang digunakan oleh anak si ibu itu
aku paham betul kemana tujuannya,
si anak ini memang tidak menyukai dengan materialisme
harta dan tahta bukanlah sesuatu menarik baginya meski itu adalah hal yang sangat mudah diraih olehnya
namun hanya baru satu kalimat aku ucapkan si ibu itu terus menyanggahku, memotongku dan terus menyalahkan pemikiranku
walaupun sudah kujelaskan bagaimana orang orang besar semacam mark zuckerberg yang tetap tidak menginginkan kemewahan meski telah mendapatkan kesuksesan, tetap tidak didengar oleh ibu ini
ibu itu masih tidak mau menerima konsep “mencari ilmu dan saling berbagi itu ibadah” dari anaknya
si ibu itu intinya hanya menjelaskan buat apa mendapat ilmu (dalam hal ini bisa dikatakan kekuatan/keahlian) apabila setelahnya tidak digunakan untuk mendapatkan “materi” (uang)
posisiku disitu seakan mewakili posisi anaknya saja, dan posisi ibu ini juga seperti mewakilkan ibuku saja
aku sendiri secara pribadi sependapat dengan jalan pemikiran anaknya
obrolan (perdebatan) kami pun ditutup dengan ibu yang mengatakan bahwa “yang namanya ibu itu selalu benar”
kemudian diikuti seorang ibu ibu di samping yang mengamini (aku sendiri cukup kaget darimana si ibu yang satunya ini datang)
====================================================================================================
Semua orang cerdas tapi untuk sekarang yang juara adalah yang memiliki uang
sebenarnya semua orang itu cerdas kok
namun tidak setiap orang akan menghasilkan suatu kecerdasan yang sama, mereka hanya akan menggunakan kecerdasan (intelijensi) pada hal yang mereka sukai
seperti misal yang menyukai memasak dia akan mencurahkan kecerdasan dalam cara memasak agar hasilnya enak,
ya intinya setiap orang cerdas dalam bidang mereka masing masing
bahkan jika semisal kecerdasan ini merupakan suatu pemilihan kata atau istilah, maka tentu kecerdasan ini akan berbeda beda menurut dari latar belakang orangnya
berikut adalah beberapa pandangan orang yang berbeda latar belakang tentang “mengapa orang harus tetap belajar” :
- bagi yang sosialita mereka akan cerdas dalam memilih kata kata yang hype (gaul), misal “nakal boleh, bego jangan”
- bagi ilmuwan mereka akan cerdas dalam memilih kata kata yang lebih scientist, misal “Kecerdasan adalah kemampuan beradaptasi terhadap perubahan” (stephen hawking)
- bagi pedagang mereka akan cerdas dalam memilih kata kata yang memberikan sugesti tentang guna fungsi suatu barang, misal “dengan kecerdasan tentu akan membuat masa depan lebih baik secara finansial”
tapi sayangnya di dunia ini yang paling berkuasa adalah uang/material
sehingga kecerdasan sendiri pun mungkin baru akan diakui jika itu berbentuk dalam uang,
misal
- dokter lebih diakui daripada ilmuwan
- pengusaha lebih diakui daripada pencipta produk
- pemimpin/ceo lebih diakui daripada programmer
jadi mau bagaimanapun tentu yang terkuat adalah mereka para borjuis yang sudah secara turun temurun diberi kelebihan dalam finansial
mereka hanya perlu memperdalam ilmunya dalam hal keuangan
atau yah paling tidak bisa menjadi pemilik modal (saham) pun sudah cukup, asal tahu jika perusahaan tersebut profit dalam jangka waktu lama (minyak, listrik, air dll)
gue sadar betul ini bukanlah eropa
tapi negara dunia ketiga
uang menjadi sangat berharga disini
materialisme dan konsumerisme adalah yang utama disini
pernah kok gw tanya pada driver ojek online, dan ternyata dia lulusan teknik elektro universitas negri di malang
so teknologi dan pendidikan gak penting sama sekali di negara ini
semua serba uang.
Inspiratif sekali artikelnya ???